hello my friends :)

Free Wave Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 25 Mei 2014

KESEIMBANGAN KONSUMEN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Kalau produksi diartikan “menciptakan utility” dalam bentuk barang dan jasa, maka konsumsi berarti memakai/menggunakan utility untuk memenuhi kebutuhan. Tingkat keseimbangan adalah tingkat pendapatan dimana pengeluaran yang direncanakan adalah sama dengan pengeluaran yang sebenarnya, sehingga tidak ada penimbunan atau pengurangan persediaan.
Analisis ekonomi mikro mengenai perilaku individual selalu dimulai dengan seberapa besar kepuasan konsumen atas barang dan jasa. Yang dimaksud dengan “Seberapa Besar Kepuasan Konsumen” adalah utiliti. Utiliti adalah suatu properti yang umum untuk komoditi yang diinginkan. Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan perilaku individu dalam memilih dan menentukan barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh seorang konsumen yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang yang dibutuhkannya.
Sesuai dengan Hukum Gossen ke-II yang menyatakan bahwa :
” Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang, sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, baik dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain”.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Analisis mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen.
2.      Analisis  Kurva Kepuasan Sama.
3.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Keseimbangan Konsumen?
4.      Bagaimana pengaruh perubahan Pendapatan Konsumen terhadap Keseimbangan Konsumen?
5.      Bagaimana pengaruh perubahan harga terhadap Keseimbangan Konsumen?



C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Memberitahu masyarakat (konsumen) untuk bertindak lebih rasional di dalam membelanjakan uangnya guna tercapainya kepuasan konsumen yang maksimal.
2.      Memberitahu masyarakat (konsumen) untuk bertindak bijaksana dalam memilih dan menentukan barang/jasa yang akan dibelinya sebagai upaya memaksimumkan nilai guna suatu barang/jasa.
3.      Memenuhi tugas Mata Kuliah “Ekonomi Mikro”



D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Penulis adalah berbagi pengetahuan agar ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi semua.
2.      Bagi pembaca adalah agar menambah wawasan pembaca mengenai teori perilaku konsumen yang baik diterapkan dalam kegiatan konsumsi guna tercapainya kepuasan konsumsi yang maksimal
3.      Bagi Masyarakat adalah memberitahu cara melakukan kegiatan konsumsi yang efektif dan efisien.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Teori Tingkah Laku Konsumen
Teori Tingkah Laku Konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan.
a.      Pendekatan Nilai Guna (Utiliti) Kardinal
Dalam pendekatan nilai guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan  yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Pendekatan Nilai Guna Kardinal dinilai bersifat subjektif karena suatu kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur. Pendekatan nilai guna kardinal mengandung asumsi bahwa seorang konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya dengan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum menentukan barang-barang yang akan dibelinya. Seorang konsumen akan menentukan konsumsinya dengan menentukan jumlah atas berbagai jenis komoditi di pasar. Contoh : 1,2,3,4, dst.
b.      Pendekatan Nilai Guna (Utiliti) Ordinal
Berbeda dengan pendekatan nilai guna kardinal, didalam pendekatan nilai guna ordinal manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari hasil mengonsumsi barang-barang/jasa tidak dinyatakan secara kuantitatif. Perilaku konsumen dalam memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama (gabungan komoditi yang memberi kepuasan yang sama). Contoh : ke-1 , ke-2 , ke-3 , dst.
Didalam pendekatan nilai guna ordinal belum tentu yang ke-1 itu bernilai 1 ataupun yang ke-2 bernilai 2 dan seterusnya, tetapi hal ini bergantung pada penggunanya.





A.    TEORI NILAI GUNA ( UTILITI )
Nilai Guna (utiliti) didefinisikan sebagai tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh setelah konsumen mengkonsumsi barang-barang. Semakin tinggi seorang konsumen merasa puas akan barang-barang yang telah dikonsumsinya maka semakin tinggi pula nilai guna akan barang tersebut.
Nilai Guna (Utiliti) dapat dibedakan menjadi dua pengertian :
                                  I.         Nilai Guna Total (NGT)
Merupakan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
                                  II.      Nilai Guna Marjinal (NGM)
Setiap penambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan satu unit barang tertentu. Menurut Hukum Nilai Guna Marjinal yang semakin menurun dinyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila oang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut.

Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marjinal dinyatakan dalam angka (Kardinal)

Jumlah Buah Apel yang dikonsumsi
Nilai Guna Total
Nilai Guna Marjinal
1
25
25
2
45
20
3
60
15
4
70
10
5
75
5
6
78
3
7
79
1
8
78
-1
9
76
-2
10
72
-4


kurva nilai guna total.jpg                                               







teori nilai guna marjinal.jpg
 








                    


Dari Grafik Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal terlihat bahwa setelah nilai guna naik sampai titik tertentu, nilai guna itu akan menurun, berdasarkan tabel dan grafik, dapat disimpulkan bahwa kepuasan mengkonsumsi suatu barang/jasa dilakukan terus-menerus mula-mula akan meningkat sampai akhirnya akan terjadi kejenuhan dan mulai menurun (Hukum Gossen I).



Asumsi dari pendekatan diatas (Kardinal) adalah sebagai berikut :
*      Konsumen bersifat Rasional.
Artinya, seorang konsumen akan memaksimalkan kepuasannya dengan melihat pendapatannya.
*      Berlaku Hukum Diminishing Marginal Utility
Artinya, jumlah kepuasan marjinal yang diperoleh konsumen akan menurun dengan  bertambahnya barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
*      Pendapatan Konsumen Tetap
Untuk memenuhi kepuasan kebutuhan, konsumen dituntut untuk memiliki penghasilan tetap jika salah satu barang mengalami pelonjakan harga.
*      Uang memiliki Nilai Subjektif yang Tetap
Uang merupakan ukuran tingkat kepuasan di dalam pendekatan nilai guna kardinal. Semakin banyak uang yang dimiliki konsumen, maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehingga semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen tersebut. Begitu juga sebaliknya jika konsumen hanya memiliki sedikit uang, maka semakin sedikit pula seorang konsumen dapat memenuhi kebutuhannya  dan mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan konsumen tersebut.
*      Total Utility (additive dan independent)
Additive merupakan kegunaan dari sekumpulan barang dan fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan Independent berarti bahwa daya guna barang 1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang ke 2, ke 3 dan seterusnya. Begitu juga sebaliknya. Semakin banyak barang yang dikonsumsi konsumen maka konsumen akan merasa semakin puas.
Pemaksimuman Nilai Guna (Utiliti)
*      Seseoraang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya  apabila  perbandingan nilai guna marjinal berbagai baraang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-barang tersebut.
*      Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.

B.   TEORI NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN
Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan ke atas barang tersebut.
Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan :
I.       Efek Penggantian
Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Jika harga naik nilai guna marjinal per rupiah menjadi semakin rendah. Jika harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan antara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya tidak menglami perubahan. Dengan demikian  dapat disimpulkan  bahwa jika harga naik, maka permintaan terhadap suatu barang yang mengalami kenaikan akan menjadi semakin sedikit. Begitu juga sebaliknya jika harga suatu barang turun maka permintaan akan barang tersebut akan menjadi lebih banyak.
II.    Efek Pendapataan
Jika suatu pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan mejadi semakin sedikit. Sehingga kenaikan harga akan menyebabkan seorang konsumen mengurangi berbagai jumlah barang yang akan dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga.
Akibat dari perubahan harga kepada pendapaatan disebut efek pendapatan, dan akan diperkuat dengan efek penggantian didalam mewujudkan sebuah kurve permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.



C.  SURPLUS KONSUMEN
Merupakan suatu kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh seorang konsumen. Kepuasan yang diperoleh oleh seorang konsumen selalu lebih besar dibandingkan dengan harga yang harus dibayar oleh seorang konsumen untuk mendapatkan suatu barang. Dengan kata lain surplus konsumen adalah selisih antara jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan seseorang untuk memperoleh sebuah barang dengan harga pasar barang tersebut.
Contoh : Surplus Konsumen yang dinikmati seorang konsumen barang X
Jumlah konsumsi barang X setiap Bulan
Harga Yang bersedia dibayar konsumen
Surplus Konsumen jika harga barang X adalah Rp 50.000
Jumlah Surplus Konsumen
Barang X bln.1
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp   50.000
Barang X bln.2
Rp   90.000
Rp 40.000
Rp   90.000
Barang X bln. 3
Rp   80.000
Rp 30.000
Rp 120.000

grafik surplus konsummen.jpg
 
















grafik surplus konsumen 2.jpg
 














2.      Kurva Kepuasan Sama
Kurva kepuasan sama didefinisikan sebagai kurva yang menggambarkan gabungan barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya. Atau merupakan kurve yang menghubungkan titik-titik kombinasi untuk menghasilkan tingkat guna total tertentu yang sesungguhnya/sama. Dalam Kurva Kepuasan Sama (indifference curve) mengandung konsep bahwa :
“ Ketika seorang (konsumen) ingin mendapatkan seseuatu maka konsumen tersebut harus mau mengorbankan barang yang lain untuk mampu mendapatkan barang yang diinginkannya”.
Asumsi didalam menganalisis Konsumen Kurva Indiferensi :
*      Konsumen bertindak konsisten dan rasional dalam membuat urutan preferensi. Hal ini bertujuan agar dalam bertindak ekonomis dapat tercapai.
*      Konsumen berada dalam pilihan dengan kata lain konsumen harus memilih.


Karakteristik Kurva Kepuasan Sama antara lain sebagai berikut :
*      Cembung terhadap titik Original (Convex to origin)
*      Bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (Downward Sloping)
*      Tidak saling berpotongan.
*      Semakin tinggi kurva maka  tingkat kepuasan konsumen semakin besar.
*      Daerah yang relevan untuk berkonsumsi adalah daerah yang berkecondongan negatif.

Gabungan Nasi dan Roti memberikan Kepuasan Sama
Gabungan Barang
Nasi
Roti
Tingkat Penggantian Marjinal Nasi dan Roti
A
15
3
5/1 = 5,0
B
10
4
3/1 = 3,0
C
7
5
2/2 = 1,0
D
5
7
2/4 = 0,5
E
3
11
2/5 = 0,4
F
1
16


kurve kepuasan sama KROP.jpg








Garis Cembung Terhadap 0 menggambarkan pendapatan


A.    GARIS ANGGARAN BELANJA
Garis anggaran belanja (budget line) menunjukkan berbagai gabungan barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Adanya perubahan harga dan perubahan pendapatan dapat mempengaruhi garis anggaran pengeluaran. Seorang konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum jika ia mencapai titik di mana garis anggaran pengeluaran menyinggung kurva kepuasan sama. 
Efek dari perubahan pendapatan dan harga Garis harga konsumsi yaitu suatu kurvayang menggambarkan perubahan kombinasi dua barang yang akan dibeli apabila tingkat harga mengalami pertambahan. Garis harga pendapatan yaitu suatu kurva yang menggambarkan perubahan kombinasi dua barang yang akan dibeli apabila pendapatan konsumen mengalami perubahan
Gabungan Buku dan Pensil yang dapat dibeli konsumen.
Gabungan
Buku (buah)
Pensil (buah)
A
0
10
B
1
8
C
2
6
D
3
4
E
4
2
F
5
0

GAB.gif
3.      Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya.
Sesuai dengan Hukum Gossen ke-II mengenai keseimbangan konsumen yang menyatakan bahwa :
” Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang, sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, baik dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain ”.
Menurut ekonomi konvensional keseimbangan konsumen dapat diketahui melalui dua pendekatan, yaitu :
1.      Pendekatan dengan menggunakan kurva indeference yang dikenal dengan pendekatan ordinal.
2.      Pendekatan matematis yang dikenal dengan pendekatan marginal.



Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen
1.      Faktor individual: Setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat, motivasi dan selera sendiri. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional. Sebagian hal ini memerlukan bantuan ilmu psikologi untuk menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor obyektif, seperti umur, kelompok umur (anak, remaja, dewasa, berkeluarga) dan lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa yang dikonsumsikan tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya, dan sebagainya.
2.      Faktor ekonomi: Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya sub stitusi, dan ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan sese orang/keluarga:
-   Lingkungan fisik (panas, dingin, basah, keririg, dsh.)
-   Kekayaan yang sudah dimiliki
-   Pandangan/harapan mengenai penghasilan di masa yang akan datang dan besarnya jumlah keluarga (keluarga inti, program KB)
-   Tersedia atau tidak kredit murah untuk konsumsi (koperasi,bank)
3.   Faktor sosial orang hidup dalam masyarakat, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Telah disebutkan bahwa gaya hidup orang kaya menjadi contoh yang suka ditiru oleh golongan masyarakat lainnya (demonstration effect) pada hal pola konsumsi golongan kaya sebagian hanya untuk pamer (conspicuous consumption) karena barang dibeli justru karena mahal. Dalam masyarakat kita unsur ‘tidak mau kalah dengan tetangga’ masih amat kuat ! Juga pengaruh iklan ternyata kuat sekali.
4.   Faktor kebudayaan, Pertimbangan berdasarkan agania dan adat kebiasaan dapat membuat keputusan untuk konsumsi jauh berbeda dengan apa yang diandakan dalarn teori. Misalnya keperluan korban, pakaian, peringatan han ke-7, ke-35, ke 100, dan ke- 1000 bagi orang yang telah meninggal, kebiasaan berhutang, tersedianya uang karena kehetulan mendapat giliran arisan, dsb.

Tabel Kepuasan makan Bakso ( X ) dan Sate ayam  :
Gabungan Barang
Bakso
Sate Ayam
Tingkat penggantian marjinal Bakso dan Sate Ayam
A
10
3
2/1 = 2
B
8
4
2/2 = 1
C
6
6
2/2 = 1
D
4
8
½ =  0,5
E
3
10


Kurva Indiferen
kurva indiferen E. konsumen.jpg
 








U1 menunjukkan kepuasan yang sama pada konsumsi awal, sedangkan U2 dan U3 merupakan kurva indiferensiasi dengan kepuasan konsumsi yang semakin meningkat.


Garis Anggaraan Belanja
GAB E. konsumen.jpg
 






Kurva Keseimbangan Konsumen


Kurva keseimbangan konsumen fix.jpg
 










Kurva Keseimbangan nampak pada titik persinggungan antara Kurva Indiferen dengan Garis Anggaran Belanja.



4.   Perubahan Pendapatan Konsumen terhadap Keseimbangan Konsumen
Perubahan pendapatan dapat memindahkan garis anggaran belanja sejajar dengan garis anggaran belanja yang semula. Pertambahan pendapatan akan memindahkan garis anggaran belanja ke atas sedangkan pengurangan pendapatan akan memindahkan garis anggaran belanja ke bawah. Disetiap garis anggaran belanja akan terdapat satu kurva kpuasan sama atau kurva indiferensi yang menyinggung garis anggaran belanja tersebut. Titik persinggungan tersebut adalah keseimbangan pemaksimuman kepuasan yang baru.
pengaruh pendapatan krop fix.jpg
 






Income Consumption Curve (ICC) merupakan kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.

5.   Perubahan Harga Terhadap Keseimbangan Konsumen
Perubahan harga akan mengubah kecondongan garis anggaran pengeluaran. Dimisalkan mulanya garis A2. Garis tersebut disinggung oleh kurva indiferen IC 2 di titik keseimbangan (E1) yang menunjukkan kedudukan yang menciptakan kepuasan maksimum konsumen. Dimisalkan pendapatan tetap harga barang Y tetap, tetapi harga barang X berubah (naik). Akibatnya garis anggaran belanja berubah dari A2 menjadi A1 dan garis ini disinggung oleh kurva kepuasan sama IC 1 di titik keseimbangan E2. Dimisalkan lagi harga barang X turun sehingga garis anggaran belanja bergeser dari garis anggaran semula A2 menjadi A3 dan disinggung oleh kurva kepuasan sama IC 3 di titik keseimbangan E3.

perubahan harga thp E konsumen.jpg
 







Price Consumption Curve (PCC), merupakan kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendekatan pertama untuk menerangkan tingkah laku atau perilaku konsumen dalam mengkonsumsikan barang dinamakan analis Nilai Guna. Analisis nilai guna dibedakan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan nilai guna kardinal dan pendekataan nilai guna ordinal. Sedangkan Pendekatan kedua untuk menerangkan tingkah laku konsumen dalam mengkonsumsikan barang dinamakan analisis kurva kepuasan sama. Dalam analisis digunakan dua jenis kurva, yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran belanja.
Dengan menggunakan kedua kurva diatas akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila garis anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan sama yang paling tinggi.
Kurva kepuasan sama menggambarkan kombinasi dua barang yang memberikan suatu tingkat kepuasan tertentu. Sedangkan garis anggaran belanja menggambarkan kombinasi dua barang yang dapat dibeli oleh sejumlah uang tertentu.
Pertemuan antara garis anggaran belanja dengan kurva kepuasan sama merupakan titik keseimbangan konsumen. Jadi keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya.









Daftar Pustaka
Sukirno Sadono, Teori Pengantar Mikro Ekonomi Edisi ke-3. Rajawali Press. Jakarta 2013
dbrainstorms97.blogspBAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Kalau produksi diartikan “menciptakan utility” dalam bentuk barang dan jasa, maka konsumsi berarti memakai/menggunakan utility untuk memenuhi kebutuhan. Tingkat keseimbangan adalah tingkat pendapatan dimana pengeluaran yang direncanakan adalah sama dengan pengeluaran yang sebenarnya, sehingga tidak ada penimbunan atau pengurangan persediaan.
Analisis ekonomi mikro mengenai perilaku individual selalu dimulai dengan seberapa besar kepuasan konsumen atas barang dan jasa. Yang dimaksud dengan “Seberapa Besar Kepuasan Konsumen” adalah utiliti. Utiliti adalah suatu properti yang umum untuk komoditi yang diinginkan. Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan perilaku individu dalam memilih dan menentukan barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh seorang konsumen yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang yang dibutuhkannya.
Sesuai dengan Hukum Gossen ke-II yang menyatakan bahwa :
” Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang, sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, baik dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain”.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Analisis mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen.
2.      Analisis  Kurva Kepuasan Sama.
3.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Keseimbangan Konsumen?
4.      Bagaimana pengaruh perubahan Pendapatan Konsumen terhadap Keseimbangan Konsumen?
5.      Bagaimana pengaruh perubahan harga terhadap Keseimbangan Konsumen?



C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Memberitahu masyarakat (konsumen) untuk bertindak lebih rasional di dalam membelanjakan uangnya guna tercapainya kepuasan konsumen yang maksimal.
2.      Memberitahu masyarakat (konsumen) untuk bertindak bijaksana dalam memilih dan menentukan barang/jasa yang akan dibelinya sebagai upaya memaksimumkan nilai guna suatu barang/jasa.
3.      Memenuhi tugas Mata Kuliah “Ekonomi Mikro”



D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Penulis adalah berbagi pengetahuan agar ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi semua.
2.      Bagi pembaca adalah agar menambah wawasan pembaca mengenai teori perilaku konsumen yang baik diterapkan dalam kegiatan konsumsi guna tercapainya kepuasan konsumsi yang maksimal
3.      Bagi Masyarakat adalah memberitahu cara melakukan kegiatan konsumsi yang efektif dan efisien.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Teori Tingkah Laku Konsumen
Teori Tingkah Laku Konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan.
a.      Pendekatan Nilai Guna (Utiliti) Kardinal
Dalam pendekatan nilai guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan  yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Pendekatan Nilai Guna Kardinal dinilai bersifat subjektif karena suatu kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk diukur. Pendekatan nilai guna kardinal mengandung asumsi bahwa seorang konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya dengan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum menentukan barang-barang yang akan dibelinya. Seorang konsumen akan menentukan konsumsinya dengan menentukan jumlah atas berbagai jenis komoditi di pasar. Contoh : 1,2,3,4, dst.
b.      Pendekatan Nilai Guna (Utiliti) Ordinal
Berbeda dengan pendekatan nilai guna kardinal, didalam pendekatan nilai guna ordinal manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari hasil mengonsumsi barang-barang/jasa tidak dinyatakan secara kuantitatif. Perilaku konsumen dalam memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama (gabungan komoditi yang memberi kepuasan yang sama). Contoh : ke-1 , ke-2 , ke-3 , dst.
Didalam pendekatan nilai guna ordinal belum tentu yang ke-1 itu bernilai 1 ataupun yang ke-2 bernilai 2 dan seterusnya, tetapi hal ini bergantung pada penggunanya.





A.    TEORI NILAI GUNA ( UTILITI )
Nilai Guna (utiliti) didefinisikan sebagai tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh setelah konsumen mengkonsumsi barang-barang. Semakin tinggi seorang konsumen merasa puas akan barang-barang yang telah dikonsumsinya maka semakin tinggi pula nilai guna akan barang tersebut.
Nilai Guna (Utiliti) dapat dibedakan menjadi dua pengertian :
                                  I.         Nilai Guna Total (NGT)
Merupakan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
                                  II.      Nilai Guna Marjinal (NGM)
Setiap penambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan satu unit barang tertentu. Menurut Hukum Nilai Guna Marjinal yang semakin menurun dinyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila oang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut.

Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marjinal dinyatakan dalam angka (Kardinal)

Jumlah Buah Apel yang dikonsumsi
Nilai Guna Total
Nilai Guna Marjinal
1
25
25
2
45
20
3
60
15
4
70
10
5
75
5
6
78
3
7
79
1
8
78
-1
9
76
-2
10
72
-4


kurva nilai guna total.jpg                                               







teori nilai guna marjinal.jpg
 







                    


Dari Grafik Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal terlihat bahwa setelah nilai guna naik sampai titik tertentu, nilai guna itu akan menurun, berdasarkan tabel dan grafik, dapat disimpulkan bahwa kepuasan mengkonsumsi suatu barang/jasa dilakukan terus-menerus mula-mula akan meningkat sampai akhirnya akan terjadi kejenuhan dan mulai menurun (Hukum Gossen I).



Asumsi dari pendekatan diatas (Kardinal) adalah sebagai berikut :
*      Konsumen bersifat Rasional.
Artinya, seorang konsumen akan memaksimalkan kepuasannya dengan melihat pendapatannya.
*      Berlaku Hukum Diminishing Marginal Utility
Artinya, jumlah kepuasan marjinal yang diperoleh konsumen akan menurun dengan  bertambahnya barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
*      Pendapatan Konsumen Tetap
Untuk memenuhi kepuasan kebutuhan, konsumen dituntut untuk memiliki penghasilan tetap jika salah satu barang mengalami pelonjakan harga.
*      Uang memiliki Nilai Subjektif yang Tetap
Uang merupakan ukuran tingkat kepuasan di dalam pendekatan nilai guna kardinal. Semakin banyak uang yang dimiliki konsumen, maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehingga semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen tersebut. Begitu juga sebaliknya jika konsumen hanya memiliki sedikit uang, maka semakin sedikit pula seorang konsumen dapat memenuhi kebutuhannya  dan mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan konsumen tersebut.
*      Total Utility (additive dan independent)
Additive merupakan kegunaan dari sekumpulan barang dan fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan Independent berarti bahwa daya guna barang 1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang ke 2, ke 3 dan seterusnya. Begitu juga sebaliknya. Semakin banyak barang yang dikonsumsi konsumen maka konsumen akan merasa semakin puas.
Pemaksimuman Nilai Guna (Utiliti)
*      Seseoraang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya  apabila  perbandingan nilai guna marjinal berbagai baraang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang-barang tersebut.
*      Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.

B.   TEORI NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN
Dengan menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak permintaan ke atas barang tersebut.
Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan :
I.       Efek Penggantian
Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Jika harga naik nilai guna marjinal per rupiah menjadi semakin rendah. Jika harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka perbandingan antara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan harganya tidak menglami perubahan. Dengan demikian  dapat disimpulkan  bahwa jika harga naik, maka permintaan terhadap suatu barang yang mengalami kenaikan akan menjadi semakin sedikit. Begitu juga sebaliknya jika harga suatu barang turun maka permintaan akan barang tersebut akan menjadi lebih banyak.
II.    Efek Pendapataan
Jika suatu pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan mejadi semakin sedikit. Sehingga kenaikan harga akan menyebabkan seorang konsumen mengurangi berbagai jumlah barang yang akan dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga.
Akibat dari perubahan harga kepada pendapaatan disebut efek pendapatan, dan akan diperkuat dengan efek penggantian didalam mewujudkan sebuah kurve permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.



C.  SURPLUS KONSUMEN
Merupakan suatu kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh seorang konsumen. Kepuasan yang diperoleh oleh seorang konsumen selalu lebih besar dibandingkan dengan harga yang harus dibayar oleh seorang konsumen untuk mendapatkan suatu barang. Dengan kata lain surplus konsumen adalah selisih antara jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan seseorang untuk memperoleh sebuah barang dengan harga pasar barang tersebut.
Contoh : Surplus Konsumen yang dinikmati seorang konsumen barang X
Jumlah konsumsi barang X setiap Bulan
Harga Yang bersedia dibayar konsumen
Surplus Konsumen jika harga barang X adalah Rp 50.000
Jumlah Surplus Konsumen
Barang X bln.1
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp   50.000
Barang X bln.2
Rp   90.000
Rp 40.000
Rp   90.000
Barang X bln. 3
Rp   80.000
Rp 30.000
Rp 120.000

grafik surplus konsummen.jpg
 















grafik surplus konsumen 2.jpg
 













2.      Kurva Kepuasan Sama
Kurva kepuasan sama didefinisikan sebagai kurva yang menggambarkan gabungan barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya. Atau merupakan kurve yang menghubungkan titik-titik kombinasi untuk menghasilkan tingkat guna total tertentu yang sesungguhnya/sama. Dalam Kurva Kepuasan Sama (indifference curve) mengandung konsep bahwa :
“ Ketika seorang (konsumen) ingin mendapatkan seseuatu maka konsumen tersebut harus mau mengorbankan barang yang lain untuk mampu mendapatkan barang yang diinginkannya”.
Asumsi didalam menganalisis Konsumen Kurva Indiferensi :
*      Konsumen bertindak konsisten dan rasional dalam membuat urutan preferensi. Hal ini bertujuan agar dalam bertindak ekonomis dapat tercapai.
*      Konsumen berada dalam pilihan dengan kata lain konsumen harus memilih.


Karakteristik Kurva Kepuasan Sama antara lain sebagai berikut :
*      Cembung terhadap titik Original (Convex to origin)
*      Bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (Downward Sloping)
*      Tidak saling berpotongan.
*      Semakin tinggi kurva maka  tingkat kepuasan konsumen semakin besar.
*      Daerah yang relevan untuk berkonsumsi adalah daerah yang berkecondongan negatif.

Gabungan Nasi dan Roti memberikan Kepuasan Sama
Gabungan Barang
Nasi
Roti
Tingkat Penggantian Marjinal Nasi dan Roti
A
15
3
5/1 = 5,0
B
10
4
3/1 = 3,0
C
7
5
2/2 = 1,0
D
5
7
2/4 = 0,5
E
3
11
2/5 = 0,4
F
1
16


kurve kepuasan sama KROP.jpg








Garis Cembung Terhadap 0 menggambarkan pendapatan


A.    GARIS ANGGARAN BELANJA
Garis anggaran belanja (budget line) menunjukkan berbagai gabungan barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Adanya perubahan harga dan perubahan pendapatan dapat mempengaruhi garis anggaran pengeluaran. Seorang konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum jika ia mencapai titik di mana garis anggaran pengeluaran menyinggung kurva kepuasan sama. 
Efek dari perubahan pendapatan dan harga Garis harga konsumsi yaitu suatu kurvayang menggambarkan perubahan kombinasi dua barang yang akan dibeli apabila tingkat harga mengalami pertambahan. Garis harga pendapatan yaitu suatu kurva yang menggambarkan perubahan kombinasi dua barang yang akan dibeli apabila pendapatan konsumen mengalami perubahan
Gabungan Buku dan Pensil yang dapat dibeli konsumen.
Gabungan
Buku (buah)
Pensil (buah)
A
0
10
B
1
8
C
2
6
D
3
4
E
4
2
F
5
0

GAB.gif
3.      Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya.
Sesuai dengan Hukum Gossen ke-II mengenai keseimbangan konsumen yang menyatakan bahwa :
” Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang, sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, baik dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain ”.
Menurut ekonomi konvensional keseimbangan konsumen dapat diketahui melalui dua pendekatan, yaitu :
1.      Pendekatan dengan menggunakan kurva indeference yang dikenal dengan pendekatan ordinal.
2.      Pendekatan matematis yang dikenal dengan pendekatan marginal.



Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen
1.      Faktor individual: Setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat, motivasi dan selera sendiri. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional. Sebagian hal ini memerlukan bantuan ilmu psikologi untuk menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor obyektif, seperti umur, kelompok umur (anak, remaja, dewasa, berkeluarga) dan lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa yang dikonsumsikan tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya, dan sebagainya.
2.      Faktor ekonomi: Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya sub stitusi, dan ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan sese orang/keluarga:
-   Lingkungan fisik (panas, dingin, basah, keririg, dsh.)
-   Kekayaan yang sudah dimiliki
-   Pandangan/harapan mengenai penghasilan di masa yang akan datang dan besarnya jumlah keluarga (keluarga inti, program KB)
-   Tersedia atau tidak kredit murah untuk konsumsi (koperasi,bank)
3.   Faktor sosial orang hidup dalam masyarakat, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Telah disebutkan bahwa gaya hidup orang kaya menjadi contoh yang suka ditiru oleh golongan masyarakat lainnya (demonstration effect) pada hal pola konsumsi golongan kaya sebagian hanya untuk pamer (conspicuous consumption) karena barang dibeli justru karena mahal. Dalam masyarakat kita unsur ‘tidak mau kalah dengan tetangga’ masih amat kuat ! Juga pengaruh iklan ternyata kuat sekali.
4.   Faktor kebudayaan, Pertimbangan berdasarkan agania dan adat kebiasaan dapat membuat keputusan untuk konsumsi jauh berbeda dengan apa yang diandakan dalarn teori. Misalnya keperluan korban, pakaian, peringatan han ke-7, ke-35, ke 100, dan ke- 1000 bagi orang yang telah meninggal, kebiasaan berhutang, tersedianya uang karena kehetulan mendapat giliran arisan, dsb.

Tabel Kepuasan makan Bakso ( X ) dan Sate ayam  :
Gabungan Barang
Bakso
Sate Ayam
Tingkat penggantian marjinal Bakso dan Sate Ayam
A
10
3
2/1 = 2
B
8
4
2/2 = 1
C
6
6
2/2 = 1
D
4
8
½ =  0,5
E
3
10


Kurva Indiferen
kurva indiferen E. konsumen.jpg
 







U1 menunjukkan kepuasan yang sama pada konsumsi awal, sedangkan U2 dan U3 merupakan kurva indiferensiasi dengan kepuasan konsumsi yang semakin meningkat.


Garis Anggaraan Belanja
GAB E. konsumen.jpg
 





Kurva Keseimbangan Konsumen


Kurva keseimbangan konsumen fix.jpg
 









Kurva Keseimbangan nampak pada titik persinggungan antara Kurva Indiferen dengan Garis Anggaran Belanja.



4.   Perubahan Pendapatan Konsumen terhadap Keseimbangan Konsumen
Perubahan pendapatan dapat memindahkan garis anggaran belanja sejajar dengan garis anggaran belanja yang semula. Pertambahan pendapatan akan memindahkan garis anggaran belanja ke atas sedangkan pengurangan pendapatan akan memindahkan garis anggaran belanja ke bawah. Disetiap garis anggaran belanja akan terdapat satu kurva kpuasan sama atau kurva indiferensi yang menyinggung garis anggaran belanja tersebut. Titik persinggungan tersebut adalah keseimbangan pemaksimuman kepuasan yang baru.
pengaruh pendapatan krop fix.jpg
 





Income Consumption Curve (ICC) merupakan kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.

5.   Perubahan Harga Terhadap Keseimbangan Konsumen
Perubahan harga akan mengubah kecondongan garis anggaran pengeluaran. Dimisalkan mulanya garis A2. Garis tersebut disinggung oleh kurva indiferen IC 2 di titik keseimbangan (E1) yang menunjukkan kedudukan yang menciptakan kepuasan maksimum konsumen. Dimisalkan pendapatan tetap harga barang Y tetap, tetapi harga barang X berubah (naik). Akibatnya garis anggaran belanja berubah dari A2 menjadi A1 dan garis ini disinggung oleh kurva kepuasan sama IC 1 di titik keseimbangan E2. Dimisalkan lagi harga barang X turun sehingga garis anggaran belanja bergeser dari garis anggaran semula A2 menjadi A3 dan disinggung oleh kurva kepuasan sama IC 3 di titik keseimbangan E3.

perubahan harga thp E konsumen.jpg
 






Price Consumption Curve (PCC), merupakan kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendekatan pertama untuk menerangkan tingkah laku atau perilaku konsumen dalam mengkonsumsikan barang dinamakan analis Nilai Guna. Analisis nilai guna dibedakan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan nilai guna kardinal dan pendekataan nilai guna ordinal. Sedangkan Pendekatan kedua untuk menerangkan tingkah laku konsumen dalam mengkonsumsikan barang dinamakan analisis kurva kepuasan sama. Dalam analisis digunakan dua jenis kurva, yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran belanja.
Dengan menggunakan kedua kurva diatas akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila garis anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan sama yang paling tinggi.
Kurva kepuasan sama menggambarkan kombinasi dua barang yang memberikan suatu tingkat kepuasan tertentu. Sedangkan garis anggaran belanja menggambarkan kombinasi dua barang yang dapat dibeli oleh sejumlah uang tertentu.
Pertemuan antara garis anggaran belanja dengan kurva kepuasan sama merupakan titik keseimbangan konsumen. Jadi keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya.









Daftar Pustaka
Sukirno Sadono, Teori Pengantar Mikro Ekonomi Edisi ke-3. Rajawali Press. Jakarta 2013
dbrainstorms97.blogspot.com
matakuliah.files.wordpress.com
faizulmubarak.wordpress.com
matakuliah.files.wordpress.com
faizulmubarak.wordpress.com






0 komentar:

Posting Komentar